Ekowisata hutan meranti putih di Desa Sebelimbingan, Pulaulaut Utara, kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, mulai diminati wisatawan untuk berlibur dan penelitian.
Penjabat Bupati Kotabaru H Isra, di Kotabaru, Kamis mengatakan, Ekowisata Meranti Pustih Sebelimbingan mengutamakan konservasi, perlindungan dan pelestarian, karena tanaman hutan meranti ini sudah sangat langka keberadaannya.
"Menikmati kekayaan harta akan cepat habis tapi menikmati keindahan alam tak akan usai jika kita jaga keberadaannya," ujar Isra.
Menurut catatan Dinas Kehutanan, Ekowisata meranti dibangun atas kerja sama satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab Kotabaru, dunia usaha, dan masyarakat.
Ekowisata yang mulai dibangun 2013 melalui APBD dan selalu dilakukan pembenahan pembenahan potensi yang mendukung untuk dikembangkan sebagai tempat wisata alam (litbang, konservasi satwa dan tumbuhan).
"Rata rata pada hari libur pengunjung Ekowisata meranti putih 400 - 500 pengunjung untuk hari biasa 120 - 300 pengunjung," terang dia.
Dia berharap, kehadiran ekowisata meranti diharapkan akan bisa memiliki nilai tambah bagi PAD untuk daerah Kotabaru.
Sebelumnya, Pemkab Kotabaru, merencanakan untuk mengembangkan hutan meranti putih (Shorea Polyandra Asthon P) di Desa Sebelimbingan, Pulaulaut Utara, Kotabaru hingga seluas 1.000 hektare.
Saat ini hutan meranti putih baru seluas 8,3 hektare (ha) dan kita bercita-cita ke depan tanaman meranti putih di Sebelimbingan diperluas hingga 1.000 ha.
Selain untuk melestarikan jenis kayu yang mulai langka, keberadaan hutan meranti putih juga dapat dijadikan salah satu objek wisata atau eko wisata, juga dapat dijadikan tempat penelitian plasma nutfah atau jenis tanam-tanaman oleh lembaga penelitian atau perguruan tinggi.
Pengembangan ekowisata meranti putih bukan hanya diperluas saja, akan tetapi bisa juga dilakukan dengan cara menempatkan beberapa jenis binatang, seperti rusa, burung, bekantan, monyet, kupu-kupu atau yang lainnya.
Penjabat Bupati Kotabaru H Isra, di Kotabaru, Kamis mengatakan, Ekowisata Meranti Pustih Sebelimbingan mengutamakan konservasi, perlindungan dan pelestarian, karena tanaman hutan meranti ini sudah sangat langka keberadaannya.
"Menikmati kekayaan harta akan cepat habis tapi menikmati keindahan alam tak akan usai jika kita jaga keberadaannya," ujar Isra.
Menurut catatan Dinas Kehutanan, Ekowisata meranti dibangun atas kerja sama satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab Kotabaru, dunia usaha, dan masyarakat.
Ekowisata yang mulai dibangun 2013 melalui APBD dan selalu dilakukan pembenahan pembenahan potensi yang mendukung untuk dikembangkan sebagai tempat wisata alam (litbang, konservasi satwa dan tumbuhan).
"Rata rata pada hari libur pengunjung Ekowisata meranti putih 400 - 500 pengunjung untuk hari biasa 120 - 300 pengunjung," terang dia.
Dia berharap, kehadiran ekowisata meranti diharapkan akan bisa memiliki nilai tambah bagi PAD untuk daerah Kotabaru.
Sebelumnya, Pemkab Kotabaru, merencanakan untuk mengembangkan hutan meranti putih (Shorea Polyandra Asthon P) di Desa Sebelimbingan, Pulaulaut Utara, Kotabaru hingga seluas 1.000 hektare.
Saat ini hutan meranti putih baru seluas 8,3 hektare (ha) dan kita bercita-cita ke depan tanaman meranti putih di Sebelimbingan diperluas hingga 1.000 ha.
Selain untuk melestarikan jenis kayu yang mulai langka, keberadaan hutan meranti putih juga dapat dijadikan salah satu objek wisata atau eko wisata, juga dapat dijadikan tempat penelitian plasma nutfah atau jenis tanam-tanaman oleh lembaga penelitian atau perguruan tinggi.
Pengembangan ekowisata meranti putih bukan hanya diperluas saja, akan tetapi bisa juga dilakukan dengan cara menempatkan beberapa jenis binatang, seperti rusa, burung, bekantan, monyet, kupu-kupu atau yang lainnya.
sumber:antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar