Industri Kehutanan Indonesia Kalah dari China, Malaysia dan Vietnam
Kondisi itu membuat industri hilir sektor kehutanan yang tidak mempunyai HPH kesulitan bertahan
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Irsyal Yasman menyatakan potensi dan konflik di sektor lahan membuat industri kehutanan kalah bersaing dengan sejumlah negara penghasil seperti China, Malaysia dan Vietnam.
"Bahan baku mereka sudah lebih murah karena berasal dari hutan tanaman industri. Sedangkan di Indonesia, masih terkendala kepastian lahan sehingga masih mengandalkan hutan alam yang biayanya tinggi," kata Irsyal Yasman di Pontianak, Senin.
Menurut dia, kondisi itu membuat industri hilir sektor kehutanan yang tidak mempunyai HPH kesulitan bertahan. Ia mencontohkan di Kalimantan Timur, tahun ini tersisa tiga perusahaan plywood yang masih bertahan.
"Sedangkan tahun lalu masih 11 perusahaan, dan tahun 2010 ada 21 perusahaan," kata dia.
Di Kalbar, ungkap dia, ada perusahaan yang mendapat kuota untuk hutan tanaman seluas 120 ribu hektare namun yang bisa ditanami hanya 20 ribu hektare. "Sisanya diklaim banyak pihak, tidak dapat dimanfaatkan," kata Irsyal Yasman.
China, lanjut dia, menggunakan kayu dari hutan tanaman untuk beragam keperluan seperti meubel atau jendela. "Indonesia kalau mengandalkan kayu dari hutan alam, menjadi tidak ekonomis kecuali digunakan untuk produk yang bernilai ekonomis tinggi," kata dia.
Perusahaan yang mempunyai HPH hutan alam di Kalbar yang masih beroperasi tersisa 9 buah dari 23 perusahaan yang terdaftar.
Perusahaan-perusahaan tersebut tersebar di Kabupaten Ketapang, Kapuas Hulu, Sintang dan Melawi. Sebanyak 5 diantaranya sudah mendapat sertifikat hutan lestari.
Mencuatnya konflik di sejumlah daerah seperti Mesuji (Sumsel) karena menyangkut masalah lahan antara masyarakat dan perusahaan.
"Permasalahan di Indonesia menjadi lebih luas dan kompleks. Semoga ini tidak merembet ke daerah lain," kata dia.
Konflik dan kepastian lahan juga membuat kayu-kayu yang ada di hutan alam maupun hutan tanaman tidak bisa dikeluarkan. Turunnya harga di pasar internasional karena pengaruh krisis Eropa ikut menekan industri sektor kehutanan di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Irsyal Yasman menyatakan potensi dan konflik di sektor lahan membuat industri kehutanan kalah bersaing dengan sejumlah negara penghasil seperti China, Malaysia dan Vietnam.
"Bahan baku mereka sudah lebih murah karena berasal dari hutan tanaman industri. Sedangkan di Indonesia, masih terkendala kepastian lahan sehingga masih mengandalkan hutan alam yang biayanya tinggi," kata Irsyal Yasman di Pontianak, Senin.
Menurut dia, kondisi itu membuat industri hilir sektor kehutanan yang tidak mempunyai HPH kesulitan bertahan. Ia mencontohkan di Kalimantan Timur, tahun ini tersisa tiga perusahaan plywood yang masih bertahan.
"Sedangkan tahun lalu masih 11 perusahaan, dan tahun 2010 ada 21 perusahaan," kata dia.
Di Kalbar, ungkap dia, ada perusahaan yang mendapat kuota untuk hutan tanaman seluas 120 ribu hektare namun yang bisa ditanami hanya 20 ribu hektare. "Sisanya diklaim banyak pihak, tidak dapat dimanfaatkan," kata Irsyal Yasman.
China, lanjut dia, menggunakan kayu dari hutan tanaman untuk beragam keperluan seperti meubel atau jendela. "Indonesia kalau mengandalkan kayu dari hutan alam, menjadi tidak ekonomis kecuali digunakan untuk produk yang bernilai ekonomis tinggi," kata dia.
Perusahaan yang mempunyai HPH hutan alam di Kalbar yang masih beroperasi tersisa 9 buah dari 23 perusahaan yang terdaftar.
Perusahaan-perusahaan tersebut tersebar di Kabupaten Ketapang, Kapuas Hulu, Sintang dan Melawi. Sebanyak 5 diantaranya sudah mendapat sertifikat hutan lestari.
Mencuatnya konflik di sejumlah daerah seperti Mesuji (Sumsel) karena menyangkut masalah lahan antara masyarakat dan perusahaan.
"Permasalahan di Indonesia menjadi lebih luas dan kompleks. Semoga ini tidak merembet ke daerah lain," kata dia.
Konflik dan kepastian lahan juga membuat kayu-kayu yang ada di hutan alam maupun hutan tanaman tidak bisa dikeluarkan. Turunnya harga di pasar internasional karena pengaruh krisis Eropa ikut menekan industri sektor kehutanan di Indonesia.
sumber: beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar